Belajar dari Cerita "Evie"

November 20, 2013

Sebenernya banyak yang aku suka dari postingan-postingan yang terpampang di blog mbak Lianny , karena tulisan-tulisannya memang inspiratif banget buat para pembaca. Tapi kalau aku disuruh milih mana yang paling aku suka, aku  memilih postingan yang berjudul “Evie" dari label Flashfiction. Karena di dalam cerita tersebut mengandung pesan moral yang mengajarkan kita untuk menjaga amarah terhadap seorang anak dalam kondisi apapun, ini penting banget terutama untuk para ibu atau calon ibu. Kita atau seorang ibu memang punya kesibukan demi menunjang masa depan keluarga yang lebih baik sehingga timbulnya rasa capek yang bergelayut pada diri kita yang memungkinkan kondisi kesal atau emosi mudah terpancing oleh lingkungan sekitar tapi kita juga tidak boleh lupa terhadap sikap sabar untuk menahan emosi dalam diri kita. Terlebih lagi jika emosi tersebut terpancing oleh orang yang menyayangi kita dan kita juga sayang terhadap orang tersebut. Aku rasa suatu hal yang wajar jika seorang ibu pernah kesal terhadap seorang anak tapi bukan berarti kita terus menuruti nafsu kita untuk terus memarahi anak tersebut, tidak perlu dibentak apalagi sampai tangan seorang ibu melayang ke tubuh sang anak (mencubit atau memukulinya) karena itu akan  mempengaruhi terhadap pembentukan mental karakter sang anak yang negatif, terlebih lagi dalam cerita “Evie” Evie digambarkan adalah seorang anak yang kurang beruntung secara fisik, harusnya sang ibu bisa bersikap lebih bijak untuk menanggapi kesalahan yang telah diperbuat Evie, tidak mudah tersulut api amarah. Pada bagian terakhir dalam cerita tersebut aku benar-benar merasa terharu dan terenyuh di situ digambarkan betapa tulus hati Evie sangat menyayangi ibunya, dan dia menyesal akan kesalahan yang telah dilakukannya. Evie dengan keterbatasannya dia masih berusaha keras lewat mulutnya mewujudkan sebuah gambar dan tulisan yang ditujukan untuk ibunya, dari situ jelas kalau Evie sama sekali tidak ada rasa kesal dan dendam terhadap ibunya yang telah membentaknya. Jadi, pada bagian akhir cerita tersebut menyimpan pesan mengajarkan kita atau seorang anak tidak boleh menyimpan rasa dendam terhadap ibunya meskipun ibunya tersebut telah menumpahkan amarahnya terhadap sang anak. Berusaha untuk saling memaafkan dan introspeksi.
------------------------
Kalau boleh jujur sebenernya paling males kalau sudah maen tebak-tebakan umur, tapi demi memeriahkan GA nya mbak Lianny dan ngarep hadiah juga sih sebenarnya hehee aku terpaksa jawab deh yah, umur anaknya mbak lianny dalam foto itu 7 tahun. Terlalu muda apa terlau tua yah, hahah entahlah namanya juga tebak-tebakan kalau salah ya harap maklum, tapi semoga benar hahaa

 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Postingan ini diikutsertakan untuk memeriahkan Giveaway blog www.liannyhendrawati.com



~Dewi Sri~

You Might Also Like

0 komentar

Terimakasih sudah berkunjung di blog ini. Kolom komentar ini menggunakan moderasi, silakan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang santun. Untuk komentar yang sifatnya berlebihan atau spam, promosi dan sejenisnya mohon maaf tidak akan saya tampilkan.
Salam,
-Dewi Sri-